Aku memandangi foto tersebut beberapa saat. “Hanna, i’ll keep you on
my mind... we will meet again someday. Goodbye...” Ucapku dengan
memegang erat selembar foto di tangan kanan lalu menempalkannya di dada.
“Hanna!!” mimpi itu lagi! sudah beberapa kali aku bermimpi seperti itu.
“aku tidak tau mengenai Hanna semenjak kepindahannya. Lagipula, kenapa
kau baru mencarinya sekarang? Terakhir kali aku bertemu Hanna 2 tahun
yang lalu, ia bercerita kepadaku bahwa keluargamu tidak menyetujui
hubungan kalian. Karena itu kah kau meninggalkan Hanna ke Paris ?”
Celotehan Irina membuatku benar-benar merasa bersalah. Saat ini aku
membutuhkan dukungan, bukan nasehat-nasehat yang memojokkan posisiku.
Pergi ke Paris juga bukanlah keinginanku. Tetapi, jika aku tidak
melakukannya aku akan lebih melukai Hanna.
“Irina, aku datang kepadamu untuk menanyakan keberadaan Hanna, bukan
untuk mendengarkan ocehanmu! Kau tidak tau apa pun mengenai aku, jadi
jangan pernah berkata seolah-olah aku yang paling bersalah dalam hal
ini!” bentakku padanya. Irina menghampiriku, kemudian aku merasa cairan
bening mengalir dari atas membasahi kepalaku. Wanita itu menyiramku
dengan segelas air putih! “apa-apaan kau Irina?!”
Ia tersenyum sinis. Matanya menatapku tajam penuh rasa kebencian.
“kenapa kau hanya mencintainya Evan?! Aku menyukaimu lebih dari Hanna!!
Kalau wanita yang kau puja-puja itu memang mencintaimu, mengapa dia
pergi?! Mengapa dia tidak tetap diam menunggmu seperti yang aku lakukan
selama ini?! Aku bisa memberikanmu kasih sayang yang tidak pernah Hanna
berikan kepadamu Evan!” ucapan Irina membuatku bergidik. Wanita itu
sungguh menakutkan. Ia terlalu terobsesi terhadapku yang tidak pernah
menyukainya sedikitpun. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil
langkah seribu meninggalkan rumahnya.
Tampaknya datang pada Irina adalah keputusan yang salah. Tapi hanya dia
satu-satunya yang tersisa. Semua orang yang dekat atau pernah dekat
dengan Hanna sudah aku kunjungi rumahnya satu per satu, namun mereka
juga tidak mengetahui keberadaan wanita yang sangat ku cintai itu.
Aku mulai putus asa. Aku tidak tau lagi harus berbuat apa dan pergi
kemana untuk mencarinya. Akhirnya aku memutuskan untuk menenangkan diri
ke tempat aku dan Hanna biasa berkunjung. Duduk di tepi pantai dan
menatap lautan luas adalah kegemaran kami. Namun rasanya kini tidak sama
seperti dulu. Sekarang Hanna tidak ada di sampingku, ia pergi entah
kemana tanpa meninggalkan jejak.
Langit biru yang cerah mulai berubah warna menjadi oranye kekuningan.
Tidak terasa aku sudah berjam-jam duduk di tepi pantai ini. Aku seperti
orang bodoh. Menunggu dan berharap Hanna akan datang dan tersenyum
kepadaku. Hanna, aku harus menjelaskan padamu alasan aku
meninggalkanmu dan memintamu untuk menunggu tanpa waktu yang jelas, tapi
di mana dirimu saat ini?
Ckrek!
Tiba-tiba saja aku melihat kilatan lampu flash. Tampaknya seseorang
telah mengambil fotoku dari belakang tanpa sepengetahuanku. Aku
membelokkan badanku dan ternyata dugaanku benar! “apa yang kau lakukan?!
Aku tidak suka seseorang memotretku tanpa izin!” wanita itu tidak
memedulikanku dan masih menatapi kamera DSLR-nya.
“ah, oh, maaf, aku tidak sengaja memotretmu. Hanya saja kau terlihat
begitu menyatu dengan objek sekitar. Kalau kau keberatan kau boleh
menghapusnya.” Ia perlahan menghampiriku. Ia menyodorkan kameranya ke
arahku. “ini, hapuslah sendiri fotomu.” Ujarnya.
Entah perasaan apa yang menghinggapiku. Aku tidak suka seseorang
mengambil fotoku tanpa izin terlebih dengan orang yang tidak ku kenal.
Tetapi kali ini berbeda. Aku ingin mengambil kamera itu dan menghapusnya
tapi aku tidak bisa. Hatiku berkata untuk tidak menghapusnya. “tidak
perlu. Kau bisa menyimpannya.” Kataku berusaha bersikap acuh.
“sungguh?! Terimakasih! Oya, siapa namamu?” wanita itu tersenyum riang.
Tanpa sadar aku bersama dengannya sepanjang sore. Kami
berbincang-berbincang tentang banyak hal hingga larut. Dan selama itu
aku tidak memikirkan Hanna. Kehadiran wanita bernama Kelly yang
mempunyai hobby fotografi itu telah membuatku merasa semakin bersalah
terhadap Hanna. Bisa-bisanya aku bersama wanita lain dan melupakannya.
Aku tidak tau, sungguh... semua mengalir begitu saja. Hanna, aku harap
kau tidak marah padaku jika kau mengetahui ini. Aku hanya mencintaimu
seorang.
Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/10/cerpen-cinta-sedih-i-love-you-goodbye.html#ixzz29hd1j0TC
0 komentar:
Posting Komentar